Jakarta –
Hidup sebagai orang tua, Berencana selalu tentang belajar dan tanggung jawab, ini berlangsung seumur hidup. Terkadang, orang tua tidak tahu, apakah keputusan yang mereka ambil Untuk sang buah hati tepat atau tidak. Tetapi, Di satu momen, mereka yakin bahwa itulah satu keputusan terbaik.
Inilah yang Pada ini dirasakan Bersama pasangan muda, Nabila (27) dan Raditya (28). Hingga usia pernikahan yang Mutakhir seumur jagung, yakni kurang Bersama dua tahun, keduanya sudah dikaruniai satu malaikat kecil bernama Namira, yang kini berusia genap enam bulan.
Pertama kali menjadi orang tua, keduanya Mengetahui bahwa hidup mereka kini Berencana selalu tentang belajar apapun, termasuk soal imunisasi anak. Masa Didepan Namira soal imunisasi Kesejajaran ada Hingga ujung lidah mereka. Keputusan apapun yang diambil, itulah yang didapat Bersama Namira.
Nabila merupakan sosok yang Mengetahui betul betapa pentingnya imunisasi Di anak. Tetapi, sang suami, Memiliki pandangan yang agak berbeda. Raditya, tidak sepenuhnya menganggap bahwa imunisasi ini sepenting itu, Supaya bisa saja dilewati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Aku sebenarnya bukan sepenuhnya tidak setuju (imunisasi). Ditengah perlu atau tidaknya divaksinasi itu Bersama Sebab Itu pertanyaan gitu loh, ini perlu nggak sebenarnya? Kayaknya nggak perlu deh sampai Imunisasi, Sebab Mikroba ini pun bakal hinggap Hingga anak atau orang, tinggal gimana cara tubuhnya melawan kan?” kata Raditya Pada dihubungi detikcom, Jumat (25/4/2025).
“Imunisasi ini kan kayak dimasukkan bakteri atau Mikroba (yang dilemahkan) kan? Nggak setujunya saya, kenapa kok perlu dipantik dulu gitu loh?” lanjut dia.
Merasa ragu soal imunisasi
Tapi, Raditya Mengetahui bahwa ia merupakan nakhoda Hingga sebuah kapal kecil bernama keluarga. Hingga satu sisi, sang istri ingin sekali anaknya Merasakan imunisasi lengkap, Tetapi Hingga sisi lain, dirinya masih bertanya-tanya apakah suntikan Untuk suntikan itu perlu Sebagai anaknya?
Umur Namira Pada itu kurang Bersama satu minggu. Bidan yang membantu proses kelahiran sudah menjelaskan Di Raditya tentang jenis-jenis Imunisasi Sebagai imunisasinya, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), hingga keuntungan jika sang anak diimunisasi.
Nabila juga melakukan hal yang sama. Dirinya tahu betul bagaimana sifat suaminya. Dia tidak ingin memaksa, Sebab bagaimanapun, selain menjadi ibu yang hebat, Nabila juga ingin menjadi istri yang baik.
Perlahan dia juga menjelaskan kepada Raditya tentang apa-apa soal imunisasi. Dirinya tahu bahwa suaminya itu hanya butuh informasi yang lebih lengkap.
“Itu sudah direkomendasikan Bersama bidannya Namira. Kalau memang itu rekomendasi, aku juga nggak Bisa Jadi mendebat Hingga bidan. Daripada nanti ribet, aku adu argumen, ya sudah imunisasi saja,” kata Raditya.
Takut KIPI
Pasca-imunisasi, ketakutan Raditya Pada itu bertambah, yakni Yang Berhubungan Bersama Bersama KIPI. Sebagai seorang ayah, dirinya tidak ingin sang buah hati Merasakan kejadian yang buruk.
Seperti yang diketahui, KIPI dibagi menjadi dua, yakni ringan dan berat. KIPI ringan biasanya cenderung sembuh sendiri Sebab meliputi demam, nyeri otot, bengkak Hingga area suntikan, dan sakit kepala. Sedangkan KIPI berat menimbulkan risiko serius Di Kesejajaran, seperti kejang, syok, hingga penurunan trombosit. Situasi ini memerlukan penanganan medis segera.
“Alhamdulillah Pada itu Namira nggak kenapa-kenapa. Paling hanya agak hangat saja badannya,” katanya.
Bersama Pengalaman Hidup tersebut, kini Namira sudah Merasakan beberapa kali suntikan Imunisasi, seperti imunisasi BCG 1 dan 2, DPT 1 dan 2 (Difteri, Pertusis, Tetanus), Polio 1 dan 2, PCV 1 (Pneumococcal Conjugate Vaccine), dan Rotavir 1.
Nabila dan Raditya berkomitmen Sebagai terus menjaga Kesejajaran sang anak. Yang Berhubungan Bersama imunisasi lanjutan, keduanya sepakat Sebagai terus melakukan yang terbaik Bagi Namira.
Hingga sisi lain, mereka juga Mengetahui bahwa Hingga lingkungan mereka masih ada orang tua yang ‘termakan’ Bersama disinformasi Yang Berhubungan Bersama imunisasi.
“Saya sih minta Hingga Kemenkes (Kementerian Kesejajaran) ya kayak terus sosialisasi nunjukin bahwa ini loh real data Ditengah anak yang diimunisasi dan yang nggak, imunnya bertambah sampai berapa persen, Bersama Sebab Itu Komunitas dapat datanya gitu,” kata Raditya.
“Kami perlu gitu bukti konkret lah bahwa imunisasi ini bener nggak sih imunnya bakal bertambah atau terbentuk gitu. Soalnya ada Peristiwa Pidana Hukum saudara saya sendiri, dia punya anak, udah imunisasi lewat satu tahun, harusnya kan udah selesai, tapi itu dia tetap kena penyakitnya,” sambungnya.
Pertarungan melawan narasi disinformasi
Direktur Imunisasi Kementerian Kesejajaran dr Prima Yosephine, menyebut bahwa salah satu tantangan terbesar Di mengejar cakupan imunisasi bukan lagi soal distribusi Imunisasi atau akses fasilitas, melainkan pertarungan narasi.
“Salah satu Topik penting yang menjadi penyebab banyaknya anak Indonesia belum Merasakan imunisasi adalah beredarnya informasi palsu atau tidak benar tentang imunisasi. Informasi yang tidak benar dan menyesatkan ini Di awalnya Berencana menimbulkan keraguan, ketakutan, dan Di akhirnya Berencana menimbulkan penolakan Di imunisasi,” ujar dr Prima.
Berdasarkan data WHO tahun 2023, sebanyak 14,5 juta anak Hingga dunia belum Merasakan imunisasi dasar atau zero dose. Indonesia memang Menunjukkan kemajuan signifikan Bersama 1,1 juta anak belum diimunisasi Di 2021 menjadi 662 ribu anak Di 2023.
Tetapi, Indonesia masih menjadi Bangsa Bersama jumlah zero dose tertinggi keenam Hingga dunia.
“Imunisasi masih menjadi salah satu intervensi Kesejajaran Komunitas yang terbukti sangat efektif dan efisien hingga Pada ini. Lewat imunisasi, jutaan anak telah terselamatkan Bersama bahaya kesakitan, kecacatan, Justru kematian akibat Gangguan yang dapat dicegah Bersama imunisasi,” kata dr Prima.
“Imunisasi bukan sekadar Menyediakan perlindungan Bagi individu, tapi lebih Bersama itu, dia menciptakan kekebalan Bagi komunitas. Anak yang telah diimunisasi kini menjadi perisai Bagi mereka yang tidak dapat diberikan imunisasi Sebab Situasi Kesejajaran tertentu,” tutup dr Prima.
(dpy/kna)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Melawan Disinformasi dan Misinformasi Imunisasi Mulai Bersama Orang Tersayang