Bisnis  

Menengok Kemerosotan Ekonomi dan Ledakan Utang Sri Lanka Rp599 Triliun

Sri Lanka Ke Mei 2022 kekurangan uang hingga membuatnya gagal membayar utang luar negerinya, Setelahnya ekonominya terdorong Hingga jurang resesi seiring merosotnya cadangan devisa. Begini kondisinya Pada ini. Foto/Dok

KOLOMBOSri Lanka menyegel kesepakatan Bersama kreditor bilateral yang dipimpin Dari Jepang dan India, Sebagai menjadi angin segar Hingga Ditengah krisis utang yang Menyapu Bangsa kepulauan Asia Selatan tersebut. Seperti diketahui Sri Lanka Di dililit utang besar Dari November, tahun lalu.

Sri Lanka Ke Mei 2022 kekurangan uang hingga membuatnya gagal membayar utang luar negerinya, Setelahnya ekonominya terdorong Hingga jurang resesi seiring merosotnya cadangan devisa.

Kreditur Sri Lanka

Asosiasi Kreditor Resmi (OCC), yang dipimpin Dari Jepang, Prancis dan India, mencakup Disekitar USD5,9 miliar Bersama utang luar negeri Sri Lanka sebesar USD37 miliar atau setara Rp599 triliun (Kurs Rp16.191 per USD), menurut kementerian keuangan Bangsa itu. Sambil Bank Penjualan Barang Hingga Luar Negeri-Perdagangan Masuk Negeri China (EXIM) mencakup Disekitar USD4 miliar utang, berdasarkan data terbaru pemerintah.

Hingga Ditengah kreditur bilateral, Sri Lanka berutang kepada China USD4,7 miliar, sedangkan utang Hingga India mencapai USD1,74 miliar. Lanjutnya Ke Jepang, Pada Bersama kelompok Paris Club, Sri Lanka berutang USD2,68 miliar.

China, Sampai Sekarang menjadi pemberi pinjaman bilateral terbesar Sri Lanka, bukan anggota resmi OCC.

Pinjaman komersial, yang terdiri Bersama obligasi Bangsa dan pinjaman terikat waktu lainnya menyumbang USD14,73 miliar. Sedangkan Langkah bailout senilai USD2,9 miliar Dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang diperoleh Ke Maret tahun lalu membantu Sri Lanka menstabilkan Situasi ekonomi.

Pemberi pinjaman Dunia telah menyerukan finalisasi Nota Kesepahaman (MoU) Sri Lanka Bersama OCC dan perjanjian akhir Bersama Bank Penjualan Barang Hingga Luar Negeri-Perdagangan Masuk Negeri China Sebagai menempatkan utangnya Ke tingkat yang berkelanjutan dan menguranginya menjadi 95% Bersama produk domestik bruto (PDB) Ke tahun 2032.

Dialog Antar Negara Utang

Ke bulan April, Sri Lanka menolak proposal pemegang obligasi awal Sebagai merestrukturisasi utang lebih Bersama USD12 miliar. Dialog Antar Negara formal Bersama kreditor swasta internasional Berencana dilanjutkan Di waktu Didekat Setelahnya sekelompok pemegang obligasi menandatangani perjanjian kerahasiaan akhir pekan lalu.

Sri Lanka berutang Disekitar USD10,9 miliar kepada bank-bank multilateral. Ditambah Sri Lanka Memiliki utang sebesar USD6,2 miliar kepada ADB dan berutang USD4,3 miliar kepada Lembaga Keuangan Internasional, tetapi Bangsa itu tidak merestrukturisasi utang multilateral.

Restrukturisasi utang menjadi sangat penting Untuk Sri Lanka Sebagai mencapai surplus Biaya primer 2,3% Ke tahun 2025, target fiskal utama yang ditetapkan Dari IMF. Setelahnya restrukturisasi utang selesai, Sri Lanka berharap dapat Memangkas utangnya secara keseluruhan sebesar USD16,9 miliar.

Utang Domestik

Tak hanya utang luar negeri, Sri Lanka juga beban utang domestik. Hingga bawah Langkah restrukturisasi utang domestik yang diumumkan Ke Juni tahun lalu, Sri Lanka Merasakan tawaran Sebagai menukar utang lokal gagal bayar senilai Disekitar USD10 miliar Bersama obligasi Mutakhir.

Hal itu membuka jalan buat Dialog Antar Negara Bersama pemegang obligasi dan kreditor bilateral. Sebanyak 3,2 triliun rupee (USD9,91 miliar) Bersama 8,7 triliun rupee obligasi yang memenuhi syarat Sebagai pertukaran disepakati, kata kementerian keuangan.

Tinjauan IMF

Awal bulan ini, IMF menyetujui tinjauan kedua bailout Sri Lanka, membuka pelepasan dana USD336 juta. Berencana tetapi pemberi pinjaman Dunia memperingatkan ekonomi Sri Lanka tetap rentan Kendati muncul tanda-tanda Penyembuhan dan mendesak Kolombo Sebagai berbuat lebih banyak Sebagai merestrukturisasi beban utangnya yang besar dan kuat.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Menengok Kemerosotan Ekonomi dan Ledakan Utang Sri Lanka Rp599 Triliun