Kementerian Keadaan (Kemenkes) menyoroti Trend Populer meningkatnya anak-anak yang tumbuh tanpa peran ayah atau dikenal Didalam istilah fatherless Di Di peringatan Hari Ayah Sedunia. Kepuasan ini dikhawatirkan berpengaruh Di perkembangan karakter, kestabilan emosi, hingga cara anak membangun hubungan ketika dewasa kelak.
Direktur Pelayanan Keadaan Kelompok Rentan Kementerian Keadaan (Kemenkes) RI dr Imran Pambudi, MPHM, menjelaskan fatherless tidak selalu berarti seorang anak berasal Di orangtua yang bercerai. Di banyak Peristiwa Pidana, ayah biologis tetap ada secara fisik, tetapi perannya tidak hadir Di kehidupan anak.
“Fatherless itu bukan hanya Lantaran perceraian. Bisa saja bapaknya ada, tapi tidak berperan. Nah, itu yang sulit diukur datanya,” beber Imran Di ditemui detikcom Di Gedung Kemenkes RI, Rabu (12/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, figur ayah Memiliki peran penting Di proses tumbuh kembang anak. Ayah tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga panutan yang Menyediakan contoh konkret tentang tanggung jawab, disiplin, serta nilai kerja keras.
“Di masa Kemajuan, anak butuh figur orang tua laki-laki dan perempuan. Di situ mereka belajar: ini peran laki-laki, ini peran perempuan. Kalau figur ayah tidak hadir, anak bisa kehilangan arah,” lanjutnya.
Lebih Rentan Dirayu dan Salah Tafsirkan Kasih Sayang
Imran menambahkan, ketiadaan figur ayah dapat memunculkan kerentanan psikologis tertentu. Misalnya, Di anak perempuan, kehilangan sosok ayah sering kali menimbulkan kerinduan Di figur laki-laki yang Menyediakan rasa aman dan kasih sayang. Kepuasan ini, jika tidak disadari, bisa membuat mereka lebih mudah ‘terjebak’ Di love bombing, perilaku manipulatif Di seseorang membanjiri pasangannya Didalam perhatian dan kasih sayang berlebihan Untuk mengontrol emosinya.
“Kalau anak perempuannya fatherless, dia bisa merindukan sosok ayah. Nah, kadang hal ini disalahgunakan Didalam laki-laki lain. Mereka lebih mudah dirayu atau tertarik Di figur yang kuat secara emosional seperti ayah,” jelas Imran.
Sambil Itu Di anak laki-laki, ketiadaan ayah berisiko membuat mereka kehilangan teladan tentang bagaimana menjadi laki-laki dewasa yang bertanggung jawab.
“Ayah itu memberi contoh bahwa orang itu perlu bekerja, Melakukanlangkah-Langkah. Kalau tidak ada figur itu, anak bisa bingung, ‘apa yang harus saya lakukan Di dewasa nanti?’,” imbuhnya.
Peran Ayah dan Ibu Harus Seimbang
Imran menekankan pentingnya pembagian peran yang seimbang Di keluarga. Ibu dan ayah Memiliki peran saling melengkapi Di Menyediakan kasih sayang sekaligus keteladanan kepada anak.
“Figur ayah penting sebagai pengayom dan panutan kerja keras, Sambil Itu ibu Menyediakan kehangatan dan empati. Keduanya harus hadir agar anak tumbuh Didalam Kesejajaran emosional,” tutur Imran.
Kemenkes sendiri Merangsang Komunitas Untuk lebih sadar Akansegera pentingnya keterlibatan ayah Di pengasuhan anak. Bukan sekadar hadir secara ekonomi, tetapi juga secara emosional, Lewat waktu, perhatian, dan komunikasi.
“Kita sering bicara soal parenting, tapi kadang yang dibicarakan hanya peran ibu. Padahal, keberadaan ayah sama pentingnya Untuk menumbuhkan anak yang sehat, Self-Esteem, dan berkarakter kuat,” pungkasnya.
Halaman 2 Di 3
(naf/kna)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Ironi Hari Ayah Sedunia, Anak Indonesia Tumbuh Fatherless-Terjebak Love Bombing











