loading…
Penunjukan kawasan hutan kembali menjadi sorotan Setelahnya Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menegaskan bahwa dasar hukum penetapan kawasan hutan tidak lagi dapat bertumpu Ke SK Penunjukan. Foto/Dok
Direktur Pusat Studi dan Advokasi Hukum Sumber Daya Alam (PUSTAKA ALAM), Muhamad Zainal Arifin menegaskan, bahwa Bangsa tidak boleh lagi menggunakan penunjukan administratif sebagai dasar klaim kawasan hutan, termasuk Untuk Keputusan penertiban dan penguasaan kembali lahan.
“Jika Bangsa ingin melakukan penertiban ataupun penguasaan kembali kawasan hutan, maka harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa areal tersebut telah ditata batas dan ditetapkan sebagai kawasan hutan. Itu merupakan bentuk penegakan rule of law,” kata Zainal Arifin Untuk keterangan tertulisnya.
Baca Juga: Guru Besar IPB Minta Kegagalan Nasionalisasi Gula Tak Terjadi Hingga Industri Sawit
Didalam adanya renvoi Putusan MK dan putusan MKMK, dasar penguasaan kembali yang dipakai Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yaitu SK penunjukan kawasan hutan tidak menimbulkan akibat hukum apa pun. Yang mengikat hanya kawasan hutan yang sudah ditata batas dan ditetapkan.
“Karenanya, penyitaan 3,4 juta hektare yang hanya didasarkan penunjukan kawasan hutan cacat hukum Sebab objeknya belum dibuktikan sebagai kawasan hutan yang sah,” tegasnya.
Karenanya, pemerintah wajib melakukan koreksi total Pada penyitaan lahan. Pertama, seluruh Berita Kegiatan penguasaan kembali yang didasarkan hanya Ke kawasan hutan ditunjuk harus ditinjau ulang. Kedua, hak-hak petani dan perusahaan yang telah Memperoleh hak atas tanah dan berada Hingga areal yang belum ditetapkan sebagai kawasan hutan harus dipulihkan.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Putusan MK Pertegas Klaim Kawasan Hutan Harus Berdasarkan Penetapan Bukan Penunjukan







