Keluhan Masyarakat karyawan Google Hingga London Pada Project Nimbus dan sikap Google yang keras Pada pendukung Palestina. Foto: MEE
Project Nimbus belakangan memang ramai dibicarakan. Yakni, proyek kemitraan Google dan Amazon Bersama pemerintah Israel senilai USD1,2 miliar (Rp18,8 triliun).
Aksi Massa duduk Pada 10 jam tersebut berakhir Bersama pemecatan 50 karyawan, termasuk Montes.
Project Nimbus: Perdebatan dan Penolakan
Project Nimbus adalah proyek Layanan Cloud yang menyediakan layanan Hingga berbagai cabang pemerintah Israel, termasuk kementerian Lini Pertahanan dan militer.
Proyek ini menuai Perdebatan dan penolakan Untuk sejumlah karyawan Google (atau yang disebut “Googlers”) yang khawatir Keahlian mereka digunakan Sebagai mendukung Keputusan Israel Pada Palestina.
Perlawanan Untuk Untuk
Sebelum Konflik Bersenjata Israel-Hamas Hingga Gaza pecah Di 7 Oktober 2023, seruan Sebagai menghentikan Project Nimbus Lebih Menimbulkan Kekhawatiran. Para karyawan Google melakukan Keluhan Masyarakat fisik dan virtual, mengkhawatirkan keterlibatan perusahaan Untuk apa yang mereka sebut sebagai genosida.
Akan Tetapi, Aksi Massa Keluhan Masyarakat tersebut dihadapi Bersama penindasan Untuk Google. Perusahaan membantah klaim aktivis bahwa teknologinya terlibat Untuk Promosi Politik brutal Israel Hingga Gaza. Sejumlah karyawan mengaku dibungkam, dipecat, dan diancam Sebab menyuarakan pendapat mereka.
“Saya Memperoleh rekan kerja yang dapat dimaklumi khawatir Sebagai berbicara dan khawatir tentang konsekuensinya,” kata Zelda Montes, mantan karyawan Google.
Pengalaman Hidup Para Googler
Middle East Eye mewawancarai sejumlah Googler Hingga AS dan Eropa. Banyak yang meminta anonimitas Sebab takut kehilangan pekerjaan. Mereka menceritakan bagaimana mereka mengorganisir diri dan bagaimana Google mencoba menghentikan aktivisme mereka Bersama Alat Pengindera, pemecatan, dan ancaman.
No Tech for Apartheid
Beberapa karyawan diam-diam membuat kelompok yang disebut sebagai No Tech for Apartheid. Mereka berkampanye agar perusahaan Keahlian Hingga Silicon Valley tidak lagi ambil Dibagian Untuk kegiatan yang mereka sebut sebagai “pembersihan etnis Gaza yang Untuk berlangsung dan pengeboman genosida Gaza”.
Mengabaikan Kekhawatiran
Montes dan rekan-rekannya menyampaikan pertanyaan dan keprihatinan tentang apakah Israel menggunakan pekerjaan mereka Sebagai melancarkan Konflik Bersenjata Hingga Gaza.
Mereka juga mempertanyakan mengapa Google Merasakan uang Untuk pemerintah Israel Sebagai menayangkan iklan propaganda melawan UNRWA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang Menyediakan Pemberian Untuk Orang Terlantar Palestina.
“Kapan pun kami menyinggung Project Nimbus Hingga obrolan internal atau Pada Diskusi umum, pertanyaan tersebut Akansegera dimoderasi atau dihindari,” kenang Montes.
Alat Pengindera dan Intimidasi
Para Googler yang aktif menyuarakan pendapat mereka mengaku Merasakan Alat Pengindera internal dan intimidasi Untuk rekan kerja yang pro-Israel.
“Kapan pun kata genosida atau apartheid muncul, moderator Akansegera langsung menghapus komentar tanpa peringatan atau mengunci forum Sebagai mencegah orang terlibat lebih jauh,” jelas Alex Cheung, mantan karyawan Google.
Kontras Bersama Pemberian Sebagai Ukraina
Para Googler mencatat bahwa reaksi perusahaan Pada aktivisme mereka sangat berbeda Bersama tanggapannya Pada Konflik Bersenjata Hingga Ukraina.
“Ketika Konflik Bersenjata Hingga Ukraina pecah, Google mengirimkan pesan Pemberian Sebagai orang Ukraina dan Rusia yang bekerja Hingga perusahaan tersebut,” kata Clare Ward, yang meminta nama samaran Sebab takut Akansegera pembalasan Untuk Google.
Aktivisme Hingga Luar Jaringan
Sebab Alat Pengindera yang dilakukan secara virtual, para Googler mulai memindahkan aktivisme mereka Hingga dunia nyata Bersama melakukan Aksi Massa tabling dan mencoba mengorganisir Kegiatan dan pemutaran Layar Lebar Sebagai mendidik rekan-rekan mereka tentang Palestina. Akan Tetapi, manajemen Google menutup Kegiatan-Kegiatan tersebut Bersama alasan Perlindungan.
Pemecatan dan Ancaman
Puncaknya adalah ketika bom Israel menewaskan seorang software engineer Palestina, Mai Ubeid, dan seluruh keluarganya Hingga Gaza Di akhir Oktober 2023. Para Googler mengorganisir Aksi Massa jaga Hingga luar kantor mereka Hingga New York, Seattle, dan London Sebagai Ubeid. Akan Tetapi, Aksi Massa jaga tersebut dihadapi Bersama permusuhan Untuk Google dan rekan kerja.
Puncak Untuk Aksi Massa Keluhan Masyarakat ini adalah ketika para pekerja, termasuk Montes, Cheung, dan Hasan, memutuskan Sebagai melakukan Aksi Massa duduk Hingga kantor perusahaan Hingga New York City dan Sunnyvale, California. Mereka menempati pintu masuk kantor perusahaan dan kantor kepala eksekutif Google Cloud, Thomas Kurian, Pada 10 jam.
Perusahaan memanggil polisi dan memecat 28 pekerja Hingga tempat dan 22 lainnya Setelahnya penyelidikan yang melibatkan analisisrekamanCCTV.
(dan)
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Puluhan Karyawan Dipecat Sebab Keluhan Masyarakat Proyek Nimbus dan Dukung Palestina