Jakarta –
Lumbung tua Ke pegunungan terjal Anti-Atlas, Maroko sangat unik. Tidak hanya menyimpan hasil panen, tetapi juga akta kelahiran, akta nikah, Perjanjian keagamaan, hingga resep Perawatan tradisional yang tertulis Ke atas batang palem.
Dikutip Di AFP, Sabtu (27/7/2024), lumbung itu diperkirakan berdiri Dari abad Di-18. Penduduk Desa Amazigh, yang diperkirakan hanya tinggal 63 keluarga, Berusaha melestarikannya hingga kini.
Ya, sebagian warga memilih Untuk meninggalkan desa itu. Mereka pindah Di Daerah lain yang dinilai lebih aman, nyaman, dan Menyediakan Potensi kerja lebih besar.
Yang mengesankan, dokumen-dokumen warga yang meninggalkan kawasan itu masih terjaga Ke sana.
“Warga lain sudah pergi, tapi arsip mereka tetap Ke sini,” kata Lahcen Boutirane, penjaga lumbung kolektif tersebut seperti dikutip Di Al Jazeera.
Warga setempat menyebut lumbung itu agadir. Artinya, lumbung bersama atau lumbung kolektif Di bahasa Berber Maroko.
Agadir Ke Ait Kine tersebut terletak 460 km Di Rabat, ibu kota Maroko. Itu merupakan salah satu Di sedikit lumbung kolektif yang tersisa.
Lumbung padi tersebut dibangun Ke Di desa. Ke sekelilingnya didirikan tembok berbenteng, lengkap Di menara pengawas Di batu.
Warga Amazigh, Abdelghani Charai, menjelaskan agadir bukan hanya menyimpan stok Ketahanan Pangan, Supaya warga aman Di ada kerusuhan dan pemberontakan. Tempat itu sekaligus digunakan Untuk perlindungan dokumen berharga dan warga.
Tetua desa, Hossine Oubrahim, mengatakan warga setempat menghormati Daerah ini sebagai warisan leluhur Yang Terkait Di upaya ketahanan Ketahanan Pangan.
“Kami dibesarkan Di Kebiasaan menyimpan biji-bijian, buah kering, Energi, dan Produk Internasional-Produk Internasional berharga Ke sana,” kata dia.
Arkeolog Naima Keddane mengatakan warga setempat juga menjaga agadir sebagai tempat sakral yang tidak boleh diganggu gugat. Sebab, tempat itu tidak hanya melindungi mereka Di Ketahanan Pangan Global Di kekeringan, tetapi juga Di serangan.
Agadir Amazigh Memperoleh 76 bilik yang terbagi Di tiga lantai. Bilik-bilik tersebut diisi Di stok jelai, kurma, kacang almond, dan dokumen-dokumen. Area Ke luar bangunan merupakan ruang terbuka Di tangki air.
Praktik lumbung desa Ke pergunungan juga dapat ditemukan Ke pegunungan Aures Ke Aljazair dan pegunungan Nafusa Ke Libya. Tetapi, yang terbanyak tetap Ke Maroko, kendati banyak yang tidak lagi difungsikan digunakan warga desa.
Kerajaan Maroko Memperoleh Di 550 igoudar, bentuk jamak agadir. Lumbung-lumbung warga ini dibangun terutama Ke gua-gua, sisi tebing, puncak bukit, dan lembah Ke Maroko Pada Di dan selatan.
Warga lokal yang masih tinggal Ke Di agadir Berusaha Untuk menjaga warisan Kearifan Lokal Dunia leluhur tersebut. Upaya itu menyasar agadir yang rusak atau mulai runtuh.
Mereka berguru kepada tukang dan ahli bangunan dan kerajinan tradisional setempat. Seiring Di pelestarian agadir, mereka juga Memperoleh sumber cuan. Agadir menjadi wisata dan Eksperimen. Mereka juga Di Sebab Itu berkesempatan melakukan perbaikan dan pembangunan Ke situs-situs lain.
Khusus Untuk wisata, desainer Amina Agueznay melatih warga perempuan setempat Untuk merevitalisasi industri kreatif Ke Daerah tersebut. Adapun anak-anak diajak Berkunjung Di lumbung-lumbung tua tersebut. Ke sana, mereka mempelajari warisan leluhur dan alam, bertemu pengrajin, membersihkan kebun palem, sampai membuat maket agadir Di daur ulang palem.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Lumbung Kuno Ke Desa Maroko Tak Cuma Simpan Minuman, tapi Juga Akta Lahir