Walhi Jawa Barat mengkritik pembangunan trotoar yang berada Di Kota Bandung Walhi yang justru mengakibatkan timbulnya Genangan Air Di jalan. Sebab, pembangunan trotoar itu dilakukan Didalam menebang pohon.
Direktur Eksekutif Walhi Jabar Wahyudin mengatakan pohon-pohon itu Memperoleh fungsi ganda, yakni sebagai peneduh dan menetralkan polusi. Dia menilai trotoar lebih nyaman andai ada pohon-pohon itu.
Dia mencontohkan pembangun trotoar yang mengorbankan pepohonan itu ada Di Daerah Kiaracondong, Pasirkoja, Jalan Pajajaran, Sukajadi, Cihampelas, hingga Ujungberung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Di Itu, pembangunan trotoar juga Mengurangi kawasan resapan air.
“Mestinya tidak menggunakan proses betonisasi Bagi mempercantik trotoar Sebab itu nyata-nyata Mengurangi daya serap air Di tempat tersebut,” kata Wahyudin atau akrab disapa Iwang dilansir detikJabar, Minggu (23/11/2025).
Dia menyayangkan drainase pendukung jalan Di perkotaan tidak dirancang secara maksimal. Dia bilang Sebelum zaman Belanda hingga masa awal pembangunan Di perkotaan tidak menggunakan bahan solid.
Nah, perubahan besar itu telah mengakibatkan Genangan Air terjadi Di banyak tempat. Apalagi Pada curah hujan tinggi yang membuat air meluber Di jalan. Dia meyakini aliran air tersebut masuk Di sungai hingga menyebabkan Genangan Air lebih tinggi Di Daerah Bandung Selatan.
Iwang Mengungkapkan sudah Sebelum lama Walhi Memberi saran kepada pemerintah dan menyampaikan Penilaian atas pembangunan yang tidak mengindahkan unsur lingkungan. Sebab, satu pengabaian kecil bakal dirasakan langsung Dari Komunitas.
“Sebetulnya ini kan hasil Didalam walikota dan gubernur Sebelumnya yang gemar Bagi menata ruang kota. Yang menurut saya, oke, Untuk konteks penataannya itu publik bisa Merasakan. Tapi ada aspek lain yang dikesampingkan,” kata dia.
“Sebab banyak ruas jalan Kota Bandung Untuk kurun waktu 5-10 tahun pohon itu ditebang. Padahal pohon itu kan Memperoleh fungsi Bagi resapan air dan Bagi Menahan polusi Didalam kendaraan maupun pemukiman. Ini yang membedakan dimana pembangunan trotoar Sebelum dulu Didalam sekarang itu Didalam Konsep betonisasi, dan sekarang diadopsi Di 27 kabupaten/kota Di Jabar,” kata dia.
Desak Pembangunan Trotoar Ramah Lingkungan
Iwang pun mendesak supaya trotoar dikembalikan fungsi lingkungannya. Meski kini Didalam trotoar area itu tam[ak lebih cantik tetapi Didalam bahaya yang disimpan, risiko yang harus diterima Dari Komunitas tidak sepadan.
“Pencitraannya kan supaya bagus, tertata. Tertata itu kan bukan Untuk Konsep betonisasi, Untuk Konsep harus menghilangkan fungsi resapan air. Jauh Didalam itu, pemkot, pemprov tidak pernah melihat sejauh mana drainase ini yang tidak berfungsi, diintervensi Didalam Konsep penataan trotoar Didalam betonisasi. Supaya kalau hujan itu limpas Di jalan dan tidak heran kalau ada genangan,” kata dia.
“Maka Walhi mendesak kembalikan fungsinya trotoar itu, tanpa harus mengesampingkan kaidah lingkungan. Apalagi kan ada tanggung jawab pemerintah membuat 10-30 ruang terbuka hijau. Gimana mau terbangun kalau pohon2-pohon Di sepanjang trotoar jalan ditebang. Karena Itu idealnya ada Perawatan kembali Di fungai trotoar, baik itu memperbanyak pohon dan tidak mengedepankan Konsep betonisasi,” dia menegaskan.
Di kesempatan terpisah, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan merespons Penilaian itu. Dia memastikan menampung saran Walhi Jabar seraya memastikan tali-tali air Di wilayahnya bisa berfungsi optimal Bagi mencegah Genangan Air.
“Kalau penyerapan airnya, itu drainasenya ada Di bawah. Nanti kita lihat lah sama-sana, ini kan masih banyak nih drainase yang dibongkar-bongkar. Penilaian Didalam Walhi tentu Akansegera kita dengarkan dan perhatikan sedemikian rupa. Supaya yang paling penting gini, tali-tali air itu terbuka semuanya Supaya bisa masuk Di bawah,” kata dia.
***
Selengkapnya klik Di sini.
Halaman 2 Didalam 2
Simak Video “Video Walhi: Perdagangan Karbon Bukan Jalan Utama Atasi Krisis Iklim“
(fem/fem)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Bikin Cantik, tapi Menyimpan Bahaya





