Mencegah Ancaman Serangan Siber. FOTO/ DAILY
Berdasarkan data Lanskap Keselamatan Siber Di Badan Siber dan Sandi Negeri (BSSN) tahun 2023 menemukan bahwa telah terjadi total 403.990.813 anomali trafik yang Berpeluang merupakan serangan siber sepanjang tahun 2023. Angka ini menyebabkan berbagai peningkatan ancaman siber mulai Di kelumpuhan Alat dan jaringan, pencurian data sensitif, hingga kerusakan reputasi layanan yang terserang.
Di total serangan tersebut, ancaman siber berupa serangan Trojan dan Phishing merupakan yang tertinggi. Ke Indonesia, banyak organisasi masih kekurangan kemampuan Sebagai mendeteksi dan merespon serangan siber Bersama efektif, yang menjadikan serangan-serangan seperti Mengambil Keuntungan, pemerasan, serta Hacking digital Ke sistem perusahaan kerap terjadi.
Ancaman siber juga Berencana merugikan perusahaan secara Keuangan, Forbes Meramalkan kerugian akibat serangan siber Berencana mencapai USD10.5 Triliun USD Ke tahun 2025. Situasi ini menyebabkan setiap Usaha harus bisa secara cepat Mengadaptasi Sebagai menghindari kerugian yang Bersama Detail. Apa lagi berdasarkan temuan Di IBM tahun 2023 yang mengungkapkan, kerugian rata-rata Internasional akibat Pelanggar data Ke tahun 2023 adalah USD4,45 juta, Menimbulkan Kekhawatiran 15% Di 3 tahun.
Cisometric, sebuah perusahaan konsultasi yang bergerak Ke bidang cybersecurity atau Keselamatan siber Ke Indonesia, Melakukan layanan Security Operations Center (SOC) atau Pusat Operasi Keselamatan terbaru mereka.
Melihat potensi kerugian yang dapat ditimbulkan serangan siber, keberadaan Skuat SOC Ke sebuah perusahaan Berencana sangat dibutuhkan Sebagai melakukan deteksi dan identifikasi serangan siber.
Akan Tetapi, kurangnya talenta Ke bidang Keselamatan siber, tingginya tingkat pergantian /turnover personel SOC Di perusahaan, kerumitan membangun Skuat SOC yang matang, hingga biaya Penanaman Modal yang cukup tinggi, menjadi beberapa Ke Di tantangan utama Bagi kebanyakan perusahaan.
“Cisometric memahami bahwa banyak organisasi dihadapkan Ke sumber daya yang terbatas, serta kurangnya Kekuatan Ke area ini. Maka Itu, Bersama Pengalaman Hidup kami dan dikombinasikan Bersama Ilmu Pengetahuan yang advance, kami Melakukanupaya Menampilkan solusi terbaik Bagi mereka.” tutur Hana Abriyansyah selaku Founder Di Cisometric.
Maka itu, Sebagai menunjang kemampuan Di mendeteksi dan merespon serangan siber, layanan SOC Di Cisometric tidak hanya Memusatkan Perhatian Ke Ilmu Pengetahuan terdepan, tetapi Lebih Dar Iitu Ke dua faktor yang paling utama Di SOC itu sendiri, yaitu Penanaman Modal Di People dan Process. Sebab SOC adalah suatu proses atau operasi Di mendeteksi dan merespon.
Cisometric menggunakan Ilmu Pengetahuan eksklusif Bersama lebih Di 100 fitur deteksi Keselamatan, Ilmu Pengetahuan kecerdasan buatan/Ai (AI), serta pembelajaran mesin/machine learning terdepan Sebagai Meningkatkan kemampuan deteksi dan Upaya Mencegah ancaman digital.
Platform ini dirancang Sebagai meminimalkan Mean Time to Detect (MTTD) dan Mean Time to Respond (MTTR), dua metrik penting Di Keselamatan siber. MTTD yang cepat memungkinkan identifikasi ancaman sedini Bisa Jadi, sedangkan MTTR yang singkat Berencana mempercepat durasi Penyembuhan sistem Di serangan.
Pendekatan operasional Security Operations Center (SOC) berpusat Ke integrasi yang lancar Bersama kapabilitas Proactive Threat Hunting dan Intel ancaman yang canggih. Hal ini memungkinkan Skuat SOC, yang terdiri Di Computer Security Incident Response Team (CSIRT) dan Skuat Forensik Bersama spesialisasi tinggi, Sebagai melakukan operasi Keselamatan siber secara efektif.
(wbs)
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: 100 Fitur Deteksi dan AI Bisa Mencegah Ancaman Serangan Siber