loading…
Ekonom menilai, anjloknya IHSG menandakan sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan lantaran terjadi kepanikan luar biasa Hingga kalangan pelaku pasar. Foto/Dok
Di sesi siang, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 14,28 miliar saham Di nilai transaksi mencapai Rp12,57 triliun, dan ditransaksikan sebanyak 888.589 kali. Adapun sebanyak 672 saham harganya turun, 23 saham harganya naik dan 93 saham lain harganya stagnan.
Ekonom dan Pakar Aturan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat menilai, anjloknya IHSG menandakan sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan lantaran terjadi kepanikan luar biasa Hingga kalangan pelaku pasar.
“Sebuah sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan, menandakan kepanikan luar biasa Hingga kalangan pelaku pasar,” ujar Achmad Nur Hidayat.
Sekalipun sempat trading halt dan Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali membuka perdagangan, Akan Tetapi indeks tetap terkapar Hingga zona merah. Achmad memandang Situasi ini sebagai tekanan jual masih sangat kuat.
“Ini mengonfirmasi bahwa tekanan jual masih sangat kuat,” paparnya.
Tak hanya itu, Achmad juga mempertanyakan mengapa IHSG jatuh lebih Di dibandingkan bursa saham regional seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand? Menurutnya, tidak hanya terletak Di guncangan Dunia, tetapi Di struktur pasar keuangan Indonesia.
“Jawabannya tidak hanya terletak Di guncangan Dunia, tetapi Di kerapuhan struktural pasar keuangan Indonesia dan sikap reaktif otoritas yang abai membangun ketahanan sistemik,” beber dia.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Sinyal Bahaya, Tak Bisa Diabaikan